Pembawa kesadaran
Dengan tergesa-gesa Nilna berjalan
menuju sebuah halte bus yang sudah ia incar sebelumnya. Terik matahari yang
sedikit menyengat berhasil menjatuhkan beberapa peluh pada kening Nilna.
Berjalan menyeberangi jalan sembari mengusap puluh. Nilna menuju sebuah bangku
yang berada beberapa meter didepannya. Nilna duduk, berusaha menikamati
segarnya udara di bawah pohon mangga yang besar itu.
Seketika matanya tertuju pada sebuah
bus, dalam hatinya terucap (Alhamdulillah). Ternyata bus jurusan Jogja dengan
nama Prayogo telah sampai di halte bus. Itu artinya Nilna bus tersebut sudah
siap mengantar Nilna pulang ke rumah. Bus berhenti di depan mata, dengan
hati-hati Nilna bergegas memasuki bus.
Tersisa sebuah bangku kosaong pada
deretan bangku dengan jumlah dua. Nampaknya bus ini sudah menyiapkan bangku
special untuk Nilna.
Dengan lemas Nilna menyandarkan
kepalanya ke bantalan kursi. Bengitu lelahnya dia, hingga tak tersisa
sedikitpun semangat pada pedalaman jiwanya. Seperti biasa, bus melaju dengan
ganasnya, dan hanya butuh beberapa menit untuk sampai di halte Baskot.
Sepertinya pak supir menekan rem
dengan kuat, hingga tubuh Nilna sontak maju ke depan. Nilna mengalihkan
pangdangan matanya, dan tak sengaja tertuju pada sebelah kiri bawah badan bus. Seorang
pemuda, sepertinya pemuda kuiahan, dialah yang menjadi sasaran mata Nilna. Si pemuda
mendekati nenek-nenek yang di sampingnya
tergeletak beberapa gerombol buah merah yaitu rambutan.
Dalam benaknya terlints pikiran negative
tentang pemuda itu, tetapi Nilna memutuskan untuk menyaksikan apa yang akan
dilakukan oleh si pemuda kepada nenek penjual rambuatan.
Bibir Nilna mulai tertarik ke
belakang, oh ternyata dia melihat si pemuda mengajak si nenek
berbincang-bincang, sontak pikiran yang mulanya negative kini berubah menjadi
prasangka baik yang Nilna sendiri tidak tahu kebenaranya. Sepertinya hati si
pemuda tersentuh menjadi iba ketika melihat si nenek penjual rambutan. Yang tak
disangka lagi si pemuda turun dari bus hanya untuk sekedar membeli rambutan si
nenek.
Dari cuplikan cerita ini dapat
disimpulkan jangan berfikir tentang sesuatu yang kita tidak tahu tentang orang
lain. Apalagi kita belum mengenalnya.