Buah Kebohongan
Paka Yaza adalah seorang tuan tanah yang kaya
raya dan dermawan. Suatu hari, saat melewat sawah, seorang petani memberinya
hadiah. Seekor ayam panggang dan sebotol jus jeruk segar. Karena saat itu Paka
Yaza akan pergi ke kota, hadiah itu tidak bisa langsung dibawanya.
Sepulang
dari kota, Pakla Yaza memanggil Peto, pembantunya. Ia menyuruh Peto mengambil
hadiah itu di rumah petani tadi.
Peto sudah
tinggal bersama Paka Yaza sejak kecil. Paka Yaza sendiri sudah menganggap Peto
seperti keluarganya sendiri. Namun itu malah membuat Peto kadang membuat ulah
yang mengesalkan.
“Peto!
Petani itu akan membariku seekor burung hidup dan sebotol racun serangga. Jadi,
jangan sekali-sekali kamu mencoba membuka bungkusan dari petani itu. Awas kalau
burung itu sampai terbang! Dan jangan sampai juga racun di botol itu terhirup
olehmu!” pesan Paka Yaza sebelum Peto pergi.
Paka Yaza
sengaja berbohong agar Peto tidak memakan dan meminum hadiah dari petani itu.
Sambil
tersnyum kecil, Peto pergi menuju rumah si petani. Setelah menerima bungkusan
hadiah dari petani itu, Peto tidak langsung pulang. Ia mencari tempat yang
rindang, lalu membuka bungkusan tadi.
“Hehehe.... memangnnya aku sebodoh itu! Harum
ayam panggang dan jus jeruk tercium olehku, biarpun dibungkkus beberapa lapis!”
guman Peto girang.
Ia lalu
menyantap habis hadiah ayam pangganng dan jus jeruk itu.
“Hmm... nyam nyam... lezatnya....”
kata Peto dengan mulut penuh daging ayam panggang.
Setelah
semuanya benar-benar habis masuk ke dalam perutnya, Peto baru pulang ke rumah.
Ia langsung menuju kaamarnya untuk tidur.
Saat waktu
makan malam tiba, Paka Yaza meminta istrinya untuk menyediakan makanan. Paka
Yaza teringat akan hadiah yang diberikan si petani. Ia meminta istrinya untuk
menghidangkan ayam panggang dan sebotol jus jeruk itu.
“Aku tidak
pernah menerima ayam panggang dan jus
jeruk.!” Kata Bu Paka Yaza bingung. Paka Yaza sangat terkejut. Ia segera sadar
kalau Peto pasti berbuat ulah lagi.
Paka Yaza
bergegas menuju kamar Peto. Si pembantu nakal itu sedang tertidur pulas.
“Benar-benar
keterlaluan!” teriak Paka Yaza sambil menggoyang-goyangkan tubuh Peto. “Ayo
bangun, pemalas! Mana pemberian petani yang kamu ambil?”
Peto
terbangun kaget. Ia menggosok-gosok matanya.
“Mmm... pemberian itu... Mmm,
begini, Tuan...,” Peto cepet-cepet meloncat dari tempat tidurnya. Ia berdiri di
hadapan tuannya dengan penuh rasa hormat. “Tadi waktu aku membawa hadiah itu,
tiba-tiba angin bertiup sangat kencang. Kain penutup burung itu terbawa angin.
Burung itupun terbabg, Tuan! Lalu, karena saya takut menerima hukuman dari
Tuan, akhirnya saya meminum racun di dalam botol itu. Jadi... jadi sekarang
saya sedang menunggu kematian...”
“Alasan! Bisa saja kamu ini... bentak Paka
Yaza sambil terbalik. Paka Yaza menahan senyum gelinya.
Jawaban
Peto membuat Peto tidak bisa berbuat apa-apa.
“Buah
kebohongan yang harus aku petik!” bisiknya pada diri sendiri sambil
meninggalkan kamar Peto.
Paka Yaza
pun berjanji, tidak akan berbohong dan berbuat seperti itu lagi.
Analisa Cerpen
Unsur
intrinsik
Tema : Berbohong
Penokohan : tokoh 1 : Paka Yaza
tokoh 2 :
Peto
Watak : tokoh1 : dermawan
pelit
pembohong
tokoh 2 :
licik
cerdas
rakus
Latar :
waktu : malam hari
tempat :
kamar Peto
suasana :
tegang
Amanat : 1. Kita tidak boleh berbohong.
Barang siapa berbohong
akan
mendapat balasan dari perbuatannya.
2. Jika kita mempunyai
kewajiban, harus dijalankan
dengan
sungguh-sungguh.
3. Berkata jujur, apa yang sudah terjadi.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar